Minggu, 20 Januari 2019

ARAB SPRING DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERDAGANGAN INTERNASIONAL


ARAB SPRING DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Diawali dari aksi bakar diri seorang pedagang kaki lima di Tunisia, karena keranjang dagangannya dirusak dan dia di hina. Pemuda lulusan sarjana bernama Mohammer Bouzazi ini melakukan aksinya di depan kantor dewan regional tepatnya tanggal 17 Desember 2010. Aksi ini sontak membuat gejolak demokrasi yang sangat besar, dan bahkan menyebar ke Negara-negara lain seperti Aljazair, Yordania, Mesir, Yaman, dan Negara-negara lain. dan dari aksi revolusi ini, dalam waktu kurang dari dua bulan saja telah berhasil menggulingkan dua pemimpin Negara, yaitu Ben Ali dari Tunisia, dan Husni Mubarak dari Mesir.
Selain disebabkan karena aksi bakar diri pemuda tersebut, menurut Middle East Institute dari National University of Singapore menyatakan terdapat dua permasalahan di Timur tengah yang memicu gejolak demokrasi ini, diantaranyaa:
1.             Perubahan struktur demografi yang tidak diikuti perubahan ekonomi.
2.     Ketahanan sistem pembangunan yang sangat dipengaruhi pada sistem Negara “leviathan”, korupsi, dan bantuan (luar negeri).
Sementara dilihat dari iklim perekonomian, Negara Tunisia mengalami keterpurukannya, dapat dilihat pada tingkat pengangguran dimana menurut data World Bank, sebelum revolusi adalah 13%, sementara pasca terjadinya perang, mengalaimi peningkatan yaitu menjadi 19%.
Dan untuk pengaruhnya bagi Negara lain, seperti contohnya Indonesia, dapat dilihat dari ungkapan Ratu Silvy Gayatri (Kemenlu) ,” Arab Spring bukannya membuat perdagangan kita turun, melainkan justru naik. Di mesir, perdagangan kita naik. Di Tunisia, perdagangan 2012 kita surplus. Dampak ekonomi karena kita membantu demokrasi. Kita punya pasar baru disana karena kita punya asset politik disana.”
Dan untuk ranah yang lebih luas, berikut diagram ekspor barang dagangan, yang diambil dan diolah dari world bank.
Sumber: World Bank (diolah)
Data tersebut menunjukkan, saat terjadi gejolak demokrasi yaitu berkisar akhir tahun 2010, sampai 2011, merchandise trade serempak mengalami kenaikan.
Dan berikut jika ditambahkan dengan United Arab Emirates
Sumber: World Bank (diolah)

Di Negara arab pun sama, terjadi peningkatan yang signifikan antara tahun 2010-2011
Sementara itu, gerakan revolusi yang dimulai di Tunisia ini menyebar ke Negara-negara tetangga. Salah satu yang terkena gejolak adalah Suriah. Berbeda sedikit dengan Tunisia, konflik di Suria sendiri dimulai setelah presiden Hafez Al Assad digantikan oleh anaknya yang bernama Bashar Al Assad. Awalnya, Hafez Al Assad menyiapkan Basil Al Assad untuk menggantikan kursi kepresidenannya, akan tetapi hal itu gagal terjadi karena Basil Al Assad mengalami kecelakaan. Selanjutnya, Basil digantikan oleh adiknya Bashar Al Assad yang bukan berlatar belakang politik, karena Bashar Al Assad merupakan lulusan kedokteran di Univeraitas Damaskus dan melakukan residensi di Tishreen Military Hospital sebelum kemudian dipindah ke Western Eye Hospital di London. Sepulang dari London, Bashar mendapat pendidikan militer, dan akhirnya mendapat jabatan cukup penting dan pantas menggantikan Ayahnya. Akhirnya Bashar Al Assad dilantik pada 17 Juli 2000.
Pada masa kepemimpinan Bashar Al Shaad inilah perekonomian Suriah mengalami kekacauan. Seperti turunnya produksi minyak dan utang luar negeri yang membengkak. Selain itu, dampak juga turut dirasakan Negara lain di dunia, pasalnya konflik ini juga melibatkan Negara asing. Pihak-pihak yang pro pemerintahan diantaranya Rusia, Iran dan China, sementara yang pro pemerintahan didukung oleh Amerika, Arab, dan Negara-negara di Eropa lain. Disini, Negara Suriah justru digunakan sebagai “medan tempur”. Pihak yang pro pemerintah sebenarnya bukan menginginkan kelanggengan pemerintah Suriah, akan tetapi lebih ke alas an Ekonomi dimana Suriah merupakan Negara yang strategis serta kaya akan sumber daya alam. Salah satunya Rusia, yang telah menjalin kerjasama bidang ekonomi sejak pemerintahan Hafez Al Assad. Adapun tujuan Rusia terlibat dalam mendukung Suriah, seperti yang dituliskan Hermawan, yaitu:
1.             Melindungi investasi dan asset perdagangan
2.             Mempertahankan pengaruh di timur tengah
3.             Menciptakan stabilitas kawasan
Sementara untuk yang menentang Suriah, dapat diambil contoh Negara Amerika Serikat. Bagi Negara ini, kemunduran pemerintahan Bashar Al Assad maka peluang Amerika untuk memperluas pengaruh politiknya semakin besar. Hal ini tentu saja berdampak baik, karena Amerika berfokus pada pemenuhan sumber daya energi yang sebagian besar juga dihasilkan dari Negara Suriah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar