ARAB SPRING DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Diawali dari aksi
bakar diri seorang pedagang kaki lima di Tunisia, karena keranjang dagangannya
dirusak dan dia di hina. Pemuda lulusan sarjana bernama Mohammer Bouzazi ini
melakukan aksinya di depan kantor dewan regional tepatnya tanggal 17 Desember
2010. Aksi ini sontak membuat gejolak demokrasi yang sangat besar, dan bahkan
menyebar ke Negara-negara lain seperti Aljazair, Yordania, Mesir, Yaman, dan
Negara-negara lain. dan dari aksi revolusi ini, dalam waktu kurang dari dua
bulan saja telah berhasil menggulingkan dua pemimpin Negara, yaitu Ben Ali dari
Tunisia, dan Husni Mubarak dari Mesir.
Selain disebabkan
karena aksi bakar diri pemuda tersebut, menurut Middle East Institute dari
National University of Singapore menyatakan terdapat dua permasalahan di Timur
tengah yang memicu gejolak demokrasi ini, diantaranyaa:
1.
Perubahan struktur demografi
yang tidak diikuti perubahan ekonomi.
2. Ketahanan sistem pembangunan
yang sangat dipengaruhi pada sistem Negara “leviathan”, korupsi, dan bantuan
(luar negeri).
Sementara dilihat
dari iklim perekonomian, Negara Tunisia mengalami keterpurukannya, dapat
dilihat pada tingkat pengangguran dimana menurut data World Bank, sebelum
revolusi adalah 13%, sementara pasca terjadinya perang, mengalaimi peningkatan
yaitu menjadi 19%.
Dan untuk
pengaruhnya bagi Negara lain, seperti contohnya Indonesia, dapat dilihat dari
ungkapan Ratu Silvy Gayatri (Kemenlu) ,” Arab Spring bukannya membuat
perdagangan kita turun, melainkan justru naik. Di mesir, perdagangan kita naik.
Di Tunisia, perdagangan 2012 kita surplus. Dampak ekonomi karena kita membantu
demokrasi. Kita punya pasar baru disana karena kita punya asset politik disana.”
Dan untuk ranah
yang lebih luas, berikut diagram ekspor barang dagangan, yang diambil dan
diolah dari world bank.
Sumber: World Bank (diolah)
Data tersebut menunjukkan, saat terjadi
gejolak demokrasi yaitu berkisar akhir tahun 2010, sampai 2011, merchandise trade serempak mengalami
kenaikan.
Dan berikut jika ditambahkan dengan United
Arab Emirates
Sumber: World Bank (diolah)
Di Negara arab pun sama, terjadi
peningkatan yang signifikan antara tahun 2010-2011
Sementara itu,
gerakan revolusi yang dimulai di Tunisia ini menyebar ke Negara-negara
tetangga. Salah satu yang terkena gejolak adalah Suriah. Berbeda sedikit dengan
Tunisia, konflik di Suria sendiri dimulai setelah presiden Hafez Al Assad
digantikan oleh anaknya yang bernama Bashar Al Assad. Awalnya, Hafez Al Assad
menyiapkan Basil Al Assad untuk menggantikan kursi kepresidenannya, akan tetapi
hal itu gagal terjadi karena Basil Al Assad mengalami kecelakaan. Selanjutnya,
Basil digantikan oleh adiknya Bashar Al Assad yang bukan berlatar belakang
politik, karena Bashar Al Assad merupakan lulusan kedokteran di Univeraitas
Damaskus dan melakukan residensi di Tishreen Military Hospital sebelum kemudian
dipindah ke Western Eye Hospital di London. Sepulang dari London, Bashar
mendapat pendidikan militer, dan akhirnya mendapat jabatan cukup penting dan
pantas menggantikan Ayahnya. Akhirnya Bashar Al Assad dilantik pada 17 Juli
2000.
Pada masa
kepemimpinan Bashar Al Shaad inilah perekonomian Suriah mengalami kekacauan.
Seperti turunnya produksi minyak dan utang luar negeri yang membengkak. Selain
itu, dampak juga turut dirasakan Negara lain di dunia, pasalnya konflik ini
juga melibatkan Negara asing. Pihak-pihak yang pro pemerintahan diantaranya
Rusia, Iran dan China, sementara yang pro pemerintahan didukung oleh Amerika,
Arab, dan Negara-negara di Eropa lain. Disini, Negara Suriah justru digunakan
sebagai “medan tempur”. Pihak yang pro pemerintah sebenarnya bukan menginginkan
kelanggengan pemerintah Suriah, akan tetapi lebih ke alas an Ekonomi dimana
Suriah merupakan Negara yang strategis serta kaya akan sumber daya alam. Salah
satunya Rusia, yang telah menjalin kerjasama bidang ekonomi sejak pemerintahan
Hafez Al Assad. Adapun tujuan Rusia terlibat dalam mendukung Suriah, seperti
yang dituliskan Hermawan, yaitu:
1.
Melindungi investasi dan asset
perdagangan
2.
Mempertahankan pengaruh di
timur tengah
3.
Menciptakan stabilitas kawasan
Sementara untuk yang menentang Suriah,
dapat diambil contoh Negara Amerika Serikat. Bagi Negara ini, kemunduran
pemerintahan Bashar Al Assad maka peluang Amerika untuk memperluas pengaruh
politiknya semakin besar. Hal ini tentu saja berdampak baik, karena Amerika
berfokus pada pemenuhan sumber daya energi yang sebagian besar juga dihasilkan
dari Negara Suriah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar