download sejarah tasawuf.ppt
SEJARAH
TASAWUF
Dosen
Pengampu: Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I
Disusun
oleh:
Nama :
Khoir Umi Laksana
NIM :
63020160147
Jurusan :
S1 – Ekonomi Syariah
Jurusan
SI Ekonomi Syariah
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Jalan
Tentara Pelajar Nomor 02 Salatiga 50722
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan ilmu tasawuf tidak lepas
dari sejarah perjalanan tasawuf itu sendiri. Dimulai dari masa klasik hingga
era kontemporer, Tasawuf telah mengalami perkembangan dan penurunan. Pemahaman
manusia akan ilmu tasawuf mulai dari masa klasik perlu dipelajari, pemikiran –
pemikian para tokoh islam yang berpengaruh oleh kehidupan muslim sampai saat
ini pun semestinya diketahui. Akan tetapi perkembangan zaman dan modernisasi
menggeser pola pikir manusia menjadi keduniawian, dan melupakan keTuhanan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah tasawuf pada masa klasik?
2. Bagaimana
sejarah taswawuf pada abad pertengahan?
3. Bagaimana
sejarah tasawuf pada era modern?
4. Bagaimana
sejarah tasawuf pada masa kontemporer?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
sejarah tasawuf masa klasik.
2. Mengetahui
sejarah tasawuf abad pertengahan.
3. Mengetahui
sejarah tasawuf era modern.
4. Mengetahui
sejarah tasawuf masa kontemporer.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah tasawuf masa
klasik
Tasawuf pada zaman dahulu dikatakan sebagai
kehidupan rohani di karenakan ajaran ini mengandung perjuangan manusia dalam
mendapatkan kehidupan yang sempurna di mata Sang Pencipta. Kerohanian ini
berupa ikhtiar manusia dalam mengalahkan gangguan hawa nafsu dan kehidupan
kebendaan.
2.1.1
Tasawuf masa Nabi Muhammad
SAW
Pada masa ini praktek tasawuf sudah dilakukan, akan
tetapi belum menjadi istilah resmi hanya ada istilah zuhud. Kaum zuhad
ini menjadikan Nabi Muhammad sebagai mursyid tertinggi dalam Islam dan mereka
beranggapan beliau adalah manusia yang sempurna. Berasal dari tahanuut
dan khalwat kehidupan kerohanian beliau yang dilakukan semasa beliau
berada didalam Gua Hira. Gambaran perilaku beliau dijadikan sumber bagi para
ahli sufi dalam pengalaman ajaran tasawuf. Beliau ber’uzlah
dengan menyatukan pikiran dan perasaan dalam merenungi alam dan beliau telah
tenggelam dalam kebesaran Allah SWT. Aktifitas uzlah inilah yang banyak
diambil pelajaranya, karena penyakit jiwa tidak bisa dihilangkan kecuali dengan
ber ‘uzlah. Sifat sombong , ujub, hasud, riya,dan
cinta terhadap dunia, merupakan penyakit yang merusak jiwa dan hati nurani,
meskipun secara lahiriyah manusia itu terlihat melakukan amalan shaleh. Didalam
Gua Hira beliau terus mengingat Allah dan memuja-Nya, sehingga putuslah
hubungan beliau dengan makhluk yang lainya. Beliau membersihkan diri dari
noda-noda hati yang yang mengotori jiwa.
Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan
untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku
problema hidup yang beraneka ragam ini, berusaha memperoleh petunjuk dan
hidayah dari pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang dapat
mengatur segala-galanya dengan baik. Dalam situasi yang sedemikianlah
Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran dan
peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat manusia dalam menempuh
kehidupan dunia dan akhirat. Beliau telah dijadikan sebuah pedoman hukum karena
beliau telah menggabungkan kehidupan lahir dengan hidup kerohanian di dalam
kehidupan sehari-hari. Kehidupan yang diajarkan guna memperkuat iman,
kebersihan hati, keyakinan dan kekuatan bathin.
Semua kehidupan Nabi Muhammad selalu dijadikan referensi
oleh para sufi, berawal dari pengalaman khalawat di Gua Hira, kebenaran
mimpi Nabi Muhammad, masalah wahyu yang turun untuk beliau, pengalaman Isra
mi’raj, masalah misi perdamaian beliau dengan istri-istrinya dan
kesederhanaan beliau dalam menyingkapi arti kehidupan. Beliau menjadi kehidupan
kerohanian lebih tinggi dibandingkan dengan kemewahan belaka.
2.1.2
Tasawuf masa sahabat
Tasawuf pada masa sahabat ini tetap tidak
menghilangkan semua perilaku Nabi Muhammad sebagai contoh, meskipun Nabi
Muhammad sudah wafat. Para sahabat yang menjadi pemimpin negara juga tetap
melakukan sesuatu yang bersifat mendekatkan diri kepada Allah dengan
hidup kesederhanaannya seperti wara’, tawadhu, zuhudnya Nabi Muhammad
SAW di tunjukan semata-mata hanya untuk Allah.
Gerakan tasawuf baru muncul paska era Sahabat dan Tabi'in,
tidak pada masa Nabi dikarenakan kondisinya tidak membutuhkan tasawuf.
Perilaku umat masih sangat stabil, mereka patuh dengan apa yang diajarkan oleh
Nabi, dan mereka juga selalu menjadikan sikap Nabi yang terpuji itu sebagai
suri tauladan. Sisi akal, jasmani dan rohani yang menjadi garapan Islam masih
dijalankan secara seimbang. Nabi, para Shahabat dan para Tabi'in pada
hakikatnya juga sudah sufi. Dengan keteladanan mereka yang keimanannya
teguh, sikapnya lunak, pemaaf dan kasih sayang, dermawan dan mensyukuri
nikmat-nikmat allah, jernih hatinya sehingga mereka dapat melihat nur Allah.
Mereka juga tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak
meremehkannya. Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq.
Ketika kekuasaan Islam makin meluas.
Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai
pada sisi kerohanian. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar abad 2
Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup.
2.1.3
Tasawuf Masa Bani Umayyah
Tasawuf pada masa Bani
Umayah sudahlah berbeda dengan hidup kerohanian sebelumnya. Hal ini
dikarenakan hidup kerohanian disini sudah terkontaminasi dengan masalah
sosial politik. Apalagi masalah terbunuhnya Utsman bin Affan yang
berkepanjangan dengan masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu munculah kelompok
Bani Umayah, Syiah, Khawarij, dan Murji’ah. Tasawuf pada masa Bani
Umayah dilatar belakangi adanya kemewahan kekuasaan umayah dengan kehidupannya.
Pemerintahan ini sangat kejam dengan sekelompok politik yang menentangnya.
Puncak kekejaman ini sangat terlihat pada saat adanya perang karbala yang di
dalamnya terbunuh Husen bin Ali bin Abi Thalib. Akhirnya peristiwa ini
memberikan pengaruh yang besar tentang sebuah penyesalan. Kelompok disini
disebut kelompok tawwabun ( kelompok yang merasa dirinya banyak dosa
sehingga selalu bertaubat kepada Allah).
Disini pula muncul beberapa istilah baru, seperti buka’in
(kelompok yang selalu mengucurkan air mata kepedihan), qashshash (pendongeng),
nussak (ahli ibadah), ’ubbaad (orang-orang yang mengabdikan
dirinya semata-mata hanya untuk Tuhannya), rabbaniyyin (ahli keTuhanan).
2.1.4
Tasawuf Masa Bani Abbasiyyah
Tasawuf pada masa Bani Abbasiyah muncul di karenakan hadirnya Dzu
Nun al-Misri. Beliau adalah orang pertama yang memperkenalkan maqamat
dalam dunia sufi. Pemikiranya yang sistematis yang dapat dijadikan penelitian
para sufi. Kemudian muncul lagi seorang sufi bernama Surri al-Saqathi. Beliau
memperkenalkan uzlah-uzlah yang tadinya bersifat individu atau perorang
menjadi uzlah yang bersifat kolektif. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kehidupan dunia yang penuh dengan pertentangan, intrik, dan
pertumpahan darah. Di era inilah istilah sufi mulai muncul dari beberapa
kalangan, sebutan khusus untuk mereka yang secara ketat dan tegas menghindari
kehidupan yang fana dan lebih mengutamakan pendekatan diri terhadap
Allah SWT.
2.2
Sejarah Tasawuf Abad Pertengahan
2.2.1
Tasawuf Abad Pertama dan Kedua Hijriyah
Menurut para ahli sejarah tasawuf,
zuhud atau asketisime merupakan fase yang mendahului lahirnya tasawuf
pada abad pertama dan kedua Hijriyah. Istilah yang populer digunakan pada masa
awal tersebut adalah nussaak, zuhhaad dan ‘ubbaad. Nussaak
merupakan bentuk jamak dari nasik, yang berarti orang-orang yang telah
menyediakan dirinya untuk mengerjakan ibadah kepada Tuhan. Zuhhaad
adalah bentuk plural dari zahid, yang berarti “tidak ingin” kepada
dunia, kemegahan, harta benda dan pangkat. Sedangkan ‘ubbaad merupakan
bentuk jamak dari abid yakni orang-orang yang telah mengabdikan dirinya
semata-mata kepada Tuhan.
2.2.2
Tasawuf Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah
Pada abad yang ketiga dan keempat
ini, tawasuf mulai mengalami pengembangan . istilah zuhud sudah
diganti dengan istilah tasawuf . Bahkan penamaan tasawuf di
sinipun sudah hampir punah. Mereka lebih menggunakan tasawuf dengan
istilah sufi. Corak-coraknya pun sudah berbeda sekali dengan yang dulu. Abad
ini menggunakan tasawuf yang bersifat kefana’an yang fokus dengan
persatuan hamba dan hubunganya dengan sang Khaliq (ittishal).
Metode yang dikenal dengan istilah tingkatan (maqam) serta keadaan (hal),
ma’rifat, tauhid, penyatuan atau hulul. Bahkan mereka
menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka dan mempunyai bahasa
simbolis khusus yang hanya dikenal dalam kalangan mereka sendiri, yang asing
bagi kalangan luar. Sejak saat itu muncul karya-karya tentang tasawuf,
dengan para pengarang seperti Al-Muhasibi (w. 243 H), Al-Kharraz (w. 277 H),
Al-Hakim Al-Tirmidzi (w. 285 H), dan Al-Junaid (w. 297 H). Sehingga dapat
dikatakan bahwa abad ketiga Hijriyah merupakan tasawuf yang mencapai
peringkat terjernih dan tertinggi, karena tokoh-tokoh sufi inilah yang kemudian
di jadikan panutan para sufi yang hidup setelahnya.
Karena Pemikiran mereka yang sangat
cakap dalam bidang apapun. Maka terkenal pulalah ilmu mereka sebagai ilmu
Batin, ilmu Hakikat, ilmu Wiratsah dan ilmu Dirayah. Semua
istilah tersebut merupakan kebalikan dari ilmu Lahir, ilmu Syariah, ilmu Dirasah,
dan ilmu Riwayah .
Pada abad III dan IV hijriyah,
terdapat dua aliran tasawuf, yaitu aliran Tasawuf Sunni. Tasawuf
sunni adalah tasawuf yang pokok ajaranya sangat terikat dengan
al-Qur’an dan Hadits serta mengkaitkan antara ahwal dengan maqamat
mereka terhadap kedua sumber tersebut. Sedangkan yang kedua adalah aliran tasawuf
“semi falsafi”. Para pengikut tasawuf ini cenderung dengana
ungkapan-ungkapan yang ganjil (syathahiyat ) serta bertolak dengan
keadaan fana’ menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan ( ittihad
atau hulul).
2.2.3
Tasawuf Abad Kelima Hijriyah
Aliran tasawuf moderat atau sunni
terus tumbuh dan berkembang pada abad kelima Hijriyah. Sementara aliran kedua
yang bercorak semi-filosofis, mulai tenggelam dan kelak akan muncul kembali
dalam bentuk lain pada pribadi-pribadi sufi yang juga filosof pada abad keenam
Hijriyah dan setelahnya. Tenggelamnya aliran kedua pada abad kelima Hijriyah,
pada dasarnya disebabkan oleh berjayanya aliran teologi Ahlus Sunnah wal
Jama’ah melalui keunggulan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari atas aliran-aliran lainnya. Tasawuf
pada masa ini cenderung melakukan pembaruan dengan mengembalikannya ke landasan
Al-Quran dan Sunnah. Di antara tokoh-tokohnya yang sangat terkenal yaitu
Al-Qusyairi, Al-Hawari dan Al-Ghazali.
2.2.4
Tasawuf Abad Keenam Hijriyah
Tasawuf filosofis merupakan tasawuf
yang ajaran-ajarannya memadukan antara pencapaian pencerahan mistikal dan
pemaparan secara rasional filosofis. Terminologi filosofis tersebut berasal
dari bermacam-macam ajaran filsafat, yang telah mempengaruhi para
tokoh-tokohnya. Tasawuf filosofis ini mulai muncul dengan jelas sejak abad
keenam Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah seabad kemudian. Adapun
tokoh-tokohnya yang sangat terkenal yaitu Al-Suhrawardi dan Ibn Arabi.
2.2.5
Tasawuf Abad Ketujuh Hijriyah dan Sesudahnya
padp
periode ini tasawuf telah menjadi semacam filsafat hidup bagi sebagian
besar masyarakat Islam. Tasawuf menjadi memiliki aturan-aturan, prinsip,
dan sistem khusus, di mana sebelumnya ia hanya dipraktekkan sebagai kegiatan
pribadi-pribadi dalam dunia Islam tanpa adanya ikatan satu sama lain. Periode
inilah kata “tarekat” pada para sufi mutakhir dinisbatkan bagi sejumlah pribadi
sufi yang bergabung dengan seorang guru (syaikh) dan tunduk di bawah
aturan-aturan terinci dalam jalan rohani. Mereka hidup secara kolektif di
berbagai zawiah, rabath, dan khanaqah (tempat-tempat latihan), atau
berkumpul secara periodik dalam acara-acara tertentu, serta mengadakan berbagai
pertemuan ilmiah maupun ruhaniah yang teratur.
2.3
Sejarah Tasawuf Era Modern
Teknologi dan globalisasi
disamping membawa manfaat kepada manusia juga mendatangkan bahaya. Teknologi
dan globalisasi adalah produk Barat yang di dalamnya terselubung konsep
pemisahan diri dengan moral. Konsep mereka berangkat dari ketidak percayaan
kepada transendental dan alam ghaib, sehingga peradabannya bermuara kepada
pemujaan materi, sekuler. Kesuksesan dan keberhasilan diukur dari nilai materi,
sehingga manusia mulai menjauhkan diri dari yang dianggap tidak rasional,
tetapi kemudian mereka terjatuh pada pemujaan terhadap akal, terjauh dari agama
dan Tuhannya. Padahal pemujaan terhadap akal tidak akan membawa kepada
ketenangan dalam hidup.
Kehidupan di era ini lebih terarah
kepada individualistis, nafsi-nafsi, karena yang mereka kejar materi, mereka
terlalu mendewa-dewakan materi dan kesenangan sesaat, karena menurut anggapan
mereka materi adalah simbol keberhasilan, bermartabat dan kehidupan yang
bergengsi, dengan itu semua kehidupan orang modern lebih leluasa, karena
kehidupan yang dituju hanya satu yaitu kehidupan dunia, sementara agama mereka
lupakan. Baik hubungan dengan Allah (vertikal) dan hubungan dengan sesama
manusia (horizontal) tidak berjalan dengan semestinya, karena manusia tidak
lagi mempercayai alam ghaib, yaitu apa dibalik materi. Perubahan yang
diharapkan kecenderungan global spiritual karena berbagai pengetahuan dan
teknologi ternyata menggiring manusia ke berbagai krisis kemanusiaan yang
menyengsarakan.
Masyarakat modern terutama yang berada
di Barat sebagai dampak dari modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pola hidup dan gaya hidup masyarakat yang sudah
berubah, dimana nilai-nilai moral, etika, agama sudah ditinggalkan karena
dianggap sudap usang, hal ini membawa kehilangan existensi dirinya, akibat dari
itu kegersangan spiritual dan kerohanian tampak jelas.
2.4
Sejarah Tasawuf Masa
Kontemporer
Tasawuf
kontemporer terdapat di wilayah masyarakat kota mengambil ajaran tasawuf dan
mengemasnya menjadi industri baru berbasis agama karena dibutuhkan oleh
masyarakat kota. Kejenuhan masyarakat kota terhadap persaingan hidup membuat
pasar tasawuf tumbuh dan masuk wilayah komunikasi massa dan teknologi. Tasawuf
kontemporer adalah penamaan yang pada dasarnya berakar dan berada pada barisan
neo-sufisme Rahman dan tasawuf modern, yang diusung Hamka. Menurut Hamka,
tasawuf modern adalah penghayatan keagamaan esoteris yang mendalam
tetapi tidak dengan serta merta melakukan pengasingan diri (‘uzlah). Neo-sufism menekankan perlunya keterlibatan diri
dalam masyarakat secara lebih dari pada sufisme terdahulu. Neo Sufism
cenderung menghidupkan kembali aktifitas salafi
dan menanamkan kembali sikap positif terhadap kehidupan.
Tasawuf
kontemporer menempatkan nilainilai tasawuf menjadi kecil atau justru
menjadi bahan dari teknologi. Tasawuf kontemporer masih diragukan
otentitasnya. Ia hanya menjadi bagian kecil dari teknologi maju. Bukan sebagai
subjek dari kemajuan. Meskipun demikian, ia masih berlandaskan
al-Quran dan al-Sunnah, tetapi
mengedepankan packaging dari pada esensi. Mereka yang terlibat
di dalam dunia tasawuf kontemporer, meskipun demikian, masih terus
mencoba dan menggali serta merasakan dan mengakui bahwa mereka sudah
mulai memasuk sufi. Tentulah tidak akan mampu ruh tasawuf yang pernah ada pada masa lalu
bisa dijemput secara total tanpa mengetahui secara utuh ajaran dan doktrin tasawuf
tersebut. Apalagi hanya mencomot bagian-bagian penting dan menjadikannya
sebagai bahan dari apa yang dikomersilkan sebagai bahan komoditi kepada
masyarakat kota.
BAB
III
PENUTUP
Perkembangan tasawuf telah mencapai
puncaknya sampai ilmu yang dikesampingkan manusia di era kontemporer. Kehadiran
tasawuf di era modern diyakini mampu mengatasi krisis spiritual, karena tasawuf
berperan penting mempertahankan keseimbangan antara budaya dengan agama,
menguasai perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, industrialisasi serta
meningkatkan iman dan taqwa, mengisi kegersangan rohani dan memberi makna
spiritual bagi keberhasilan dunia.
Daftar
Pustaka
HAMKA. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta:
Yayasan Nurul Islam. 1981
Rohim,abdur. Bahan Ajar Akhlak. Mojokerto:
CV.Sinar Mulia. 2008
Syukur,Amin. Menggugat Tasawuf Sufisme dan Tanggung
jawab Sosial Abad 21. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999
Kholiliana, Ulfah .
(2011). Tasawuf Klasik dan Pertengahan Karya Fiky Muzakiya (online). Diakses
dari http://mybarokahblog.blogspot.co.id/2015/02/tasawuf-klasik-dan-pertengahan-karya.html.
Pada tanggal 27 Februari 2017, jam 08.42 WIB
Farida Meutia. (2007). Perkembangan
Pemikiran Tasawuf dan Implementasinya di Era Modern.
Didownload dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=265977&val=7080&title=PERKEMBANGAN%20PEMIKIRAN%20TASAWUF%20DAN%20IMPLEMENTASINYA%20DI%20ERA%20MODERN. Pada tanggal 27
Februari 2017, jam 08.47 WIB
Suteja. (2011). Mengenal
Dasar Tasawwuf (online). Diakses dari http://www.tribunnews.com/tribunners/2011/06/11/mengenal-dasar-tasawuf.
Pada tanggal 27 Februari 2017, jam 09.51 WIB
.
good job🎊
BalasHapus