Senin, 22 Mei 2017

SEJARAH TASAWUF


download sejarah tasawuf.ppt




SEJARAH TASAWUF
Dosen Pengampu: Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I


Disusun oleh:
Nama               : Khoir Umi Laksana
NIM                : 63020160147
Jurusan            : S1 – Ekonomi Syariah

Jurusan SI Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Jalan Tentara Pelajar Nomor 02 Salatiga 50722
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Perkembangan ilmu tasawuf tidak lepas dari sejarah perjalanan tasawuf itu sendiri. Dimulai dari masa klasik hingga era kontemporer, Tasawuf telah mengalami perkembangan dan penurunan. Pemahaman manusia akan ilmu tasawuf mulai dari masa klasik perlu dipelajari, pemikiran – pemikian para tokoh islam yang berpengaruh oleh kehidupan muslim sampai saat ini pun semestinya diketahui. Akan tetapi perkembangan zaman dan modernisasi menggeser pola pikir manusia menjadi keduniawian, dan melupakan keTuhanan.

1.2         Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah tasawuf pada masa klasik?
2.      Bagaimana sejarah taswawuf pada abad pertengahan?
3.      Bagaimana sejarah tasawuf pada era modern?
4.      Bagaimana sejarah tasawuf pada masa kontemporer?

1.3         Tujuan
1.      Mengetahui sejarah tasawuf masa klasik.
2.      Mengetahui sejarah tasawuf abad pertengahan.
3.      Mengetahui sejarah tasawuf era modern.
4.      Mengetahui sejarah tasawuf masa kontemporer.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Sejarah tasawuf masa klasik
Tasawuf pada zaman dahulu dikatakan sebagai kehidupan rohani di karenakan ajaran ini mengandung perjuangan manusia dalam mendapatkan kehidupan yang sempurna di mata  Sang Pencipta. Kerohanian ini berupa ikhtiar manusia dalam mengalahkan gangguan hawa nafsu dan kehidupan kebendaan.
2.1.1             Tasawuf  masa Nabi Muhammad SAW
Pada masa ini praktek tasawuf sudah dilakukan, akan tetapi belum menjadi istilah resmi hanya ada istilah zuhud. Kaum zuhad ini menjadikan Nabi Muhammad sebagai mursyid tertinggi dalam Islam dan mereka beranggapan beliau adalah manusia yang sempurna. Berasal dari tahanuut dan khalwat kehidupan kerohanian beliau yang dilakukan semasa beliau berada didalam Gua Hira. Gambaran perilaku beliau dijadikan sumber bagi para ahli sufi dalam pengalaman ajaran tasawuf. Beliau ber’uzlah dengan menyatukan pikiran dan perasaan dalam merenungi alam dan beliau telah tenggelam dalam kebesaran Allah SWT. Aktifitas uzlah inilah yang banyak diambil pelajaranya, karena penyakit jiwa tidak bisa dihilangkan kecuali dengan ber ‘uzlah. Sifat sombong , ujub, hasud, riya,dan cinta terhadap dunia, merupakan penyakit yang merusak jiwa dan hati nurani, meskipun secara lahiriyah manusia itu terlihat melakukan amalan shaleh. Didalam Gua Hira beliau terus mengingat Allah dan memuja-Nya, sehingga putuslah hubungan beliau dengan makhluk yang lainya. Beliau membersihkan diri dari noda-noda hati yang yang mengotori jiwa.
Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problema hidup yang beraneka ragam ini, berusaha memperoleh petunjuk dan hidayah dari pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik. Dalam situasi yang sedemikianlah  Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat manusia dalam menempuh kehidupan dunia dan akhirat. Beliau telah dijadikan sebuah pedoman hukum karena beliau telah menggabungkan kehidupan lahir dengan hidup kerohanian di dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan yang diajarkan guna memperkuat iman, kebersihan hati, keyakinan dan kekuatan bathin.
Semua kehidupan Nabi Muhammad selalu dijadikan referensi oleh para sufi, berawal dari pengalaman khalawat di Gua Hira, kebenaran mimpi Nabi Muhammad, masalah wahyu yang turun untuk beliau, pengalaman Isra mi’raj,  masalah misi perdamaian beliau dengan istri-istrinya dan kesederhanaan beliau dalam menyingkapi arti kehidupan. Beliau menjadi kehidupan kerohanian lebih tinggi dibandingkan dengan kemewahan belaka.
2.1.2             Tasawuf  masa sahabat
Tasawuf  pada masa sahabat ini tetap tidak menghilangkan semua perilaku Nabi Muhammad sebagai contoh, meskipun Nabi Muhammad sudah wafat. Para sahabat yang menjadi pemimpin negara juga tetap melakukan sesuatu yang bersifat mendekatkan diri kepada Allah  dengan hidup kesederhanaannya seperti wara’, tawadhu, zuhudnya Nabi Muhammad SAW di tunjukan semata-mata hanya untuk Allah.
Gerakan tasawuf  baru muncul paska era Sahabat dan Tabi'in, tidak pada masa Nabi dikarenakan kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil, mereka patuh dengan apa yang diajarkan oleh Nabi, dan mereka juga selalu menjadikan sikap Nabi yang terpuji itu sebagai suri tauladan. Sisi akal, jasmani dan rohani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Nabi, para Shahabat dan para Tabi'in pada hakikatnya  juga sudah sufi. Dengan keteladanan mereka yang keimanannya teguh, sikapnya lunak, pemaaf dan kasih sayang, dermawan dan mensyukuri nikmat-nikmat allah, jernih hatinya sehingga mereka dapat melihat nur Allah. Mereka juga tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq.
Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi kerohanian. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup.
2.1.3             Tasawuf  Masa Bani Umayyah
Tasawuf  pada masa Bani Umayah sudahlah berbeda dengan hidup kerohanian sebelumnya. Hal ini dikarenakan  hidup kerohanian disini sudah terkontaminasi dengan masalah sosial politik. Apalagi masalah terbunuhnya Utsman bin Affan yang berkepanjangan dengan masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu munculah kelompok Bani Umayah, Syiah, Khawarij, dan Murji’ah. Tasawuf  pada masa Bani Umayah dilatar belakangi adanya kemewahan kekuasaan umayah dengan kehidupannya. Pemerintahan ini sangat kejam dengan sekelompok politik yang menentangnya. Puncak kekejaman ini sangat terlihat pada saat adanya perang karbala yang di dalamnya terbunuh  Husen bin Ali bin Abi Thalib. Akhirnya peristiwa ini memberikan pengaruh yang besar tentang sebuah penyesalan. Kelompok disini disebut kelompok tawwabun ( kelompok yang merasa dirinya banyak dosa sehingga selalu bertaubat kepada Allah).
Disini pula muncul beberapa istilah baru, seperti buka’in (kelompok yang selalu mengucurkan air mata kepedihan), qashshash (pendongeng), nussak (ahli ibadah), ’ubbaad (orang-orang yang mengabdikan dirinya semata-mata hanya untuk Tuhannya), rabbaniyyin (ahli keTuhanan).
2.1.4             Tasawuf  Masa Bani Abbasiyyah
Tasawuf pada masa Bani Abbasiyah muncul di karenakan hadirnya Dzu Nun al-Misri. Beliau adalah orang  pertama yang memperkenalkan maqamat dalam dunia sufi. Pemikiranya yang sistematis yang dapat dijadikan penelitian para sufi. Kemudian muncul lagi seorang sufi bernama Surri al-Saqathi. Beliau memperkenalkan uzlah-uzlah yang tadinya bersifat individu atau perorang menjadi uzlah yang bersifat kolektif. Hal ini bertujuan untuk menghindari kehidupan dunia yang  penuh dengan pertentangan, intrik, dan pertumpahan darah. Di era inilah istilah sufi mulai muncul dari beberapa kalangan, sebutan khusus untuk mereka yang secara ketat dan tegas menghindari kehidupan yang fana dan lebih mengutamakan pendekatan diri terhadap Allah SWT.

2.2         Sejarah Tasawuf Abad Pertengahan
2.2.1             Tasawuf Abad Pertama dan Kedua Hijriyah
Menurut para ahli sejarah tasawuf, zuhud atau asketisime merupakan fase yang mendahului lahirnya tasawuf pada abad pertama dan kedua Hijriyah. Istilah yang populer digunakan pada masa awal tersebut adalah nussaak, zuhhaad dan ‘ubbaad. Nussaak merupakan bentuk jamak dari nasik, yang berarti orang-orang yang telah menyediakan dirinya untuk mengerjakan ibadah kepada Tuhan. Zuhhaad adalah bentuk plural dari zahid, yang berarti “tidak ingin” kepada dunia, kemegahan, harta benda dan pangkat. Sedangkan ‘ubbaad merupakan bentuk jamak dari abid yakni orang-orang yang telah mengabdikan dirinya semata-mata kepada Tuhan.
2.2.2             Tasawuf Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah
Pada abad yang ketiga dan keempat ini, tawasuf mulai mengalami pengembangan . istilah zuhud sudah diganti dengan istilah tasawuf . Bahkan  penamaan tasawuf di sinipun sudah hampir punah. Mereka lebih menggunakan tasawuf dengan istilah sufi. Corak-coraknya pun sudah berbeda sekali dengan yang dulu. Abad ini menggunakan tasawuf yang bersifat kefana’an yang fokus dengan persatuan hamba dan hubunganya dengan sang Khaliq (ittishal). Metode yang dikenal dengan istilah tingkatan (maqam) serta keadaan (hal), ma’rifat, tauhid, penyatuan atau hulul. Bahkan mereka menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka dan mempunyai bahasa simbolis khusus yang hanya dikenal dalam kalangan mereka sendiri, yang asing bagi kalangan luar. Sejak saat itu muncul karya-karya tentang tasawuf, dengan para pengarang seperti Al-Muhasibi (w. 243 H), Al-Kharraz (w. 277 H), Al-Hakim Al-Tirmidzi (w. 285 H), dan Al-Junaid (w. 297 H). Sehingga dapat dikatakan bahwa abad ketiga Hijriyah merupakan tasawuf yang mencapai peringkat terjernih dan tertinggi, karena tokoh-tokoh sufi inilah yang kemudian di jadikan panutan para sufi yang hidup setelahnya.
Karena Pemikiran mereka yang sangat cakap dalam bidang  apapun. Maka terkenal pulalah ilmu mereka sebagai ilmu Batin, ilmu Hakikat, ilmu Wiratsah dan ilmu Dirayah. Semua istilah tersebut merupakan kebalikan dari ilmu Lahir, ilmu Syariah, ilmu Dirasah, dan ilmu Riwayah .
Pada abad III dan IV hijriyah, terdapat dua aliran tasawuf, yaitu aliran Tasawuf Sunni. Tasawuf sunni adalah tasawuf yang pokok ajaranya sangat terikat dengan al-Qur’an dan Hadits serta mengkaitkan antara ahwal dengan maqamat mereka terhadap kedua sumber tersebut. Sedangkan yang kedua adalah aliran  tasawuf “semi falsafi”. Para pengikut tasawuf ini cenderung dengana ungkapan-ungkapan yang ganjil (syathahiyat ) serta bertolak dengan keadaan fana’ menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan ( ittihad atau hulul).

2.2.3             Tasawuf Abad Kelima Hijriyah
Aliran tasawuf moderat atau sunni terus tumbuh dan berkembang pada abad kelima Hijriyah. Sementara aliran kedua yang bercorak semi-filosofis, mulai tenggelam dan kelak akan muncul kembali dalam bentuk lain pada pribadi-pribadi sufi yang juga filosof pada abad keenam Hijriyah dan setelahnya. Tenggelamnya aliran kedua pada abad kelima Hijriyah, pada dasarnya disebabkan oleh berjayanya aliran teologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah melalui keunggulan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari atas aliran-aliran lainnya. Tasawuf pada masa ini cenderung melakukan pembaruan dengan mengembalikannya ke landasan Al-Quran dan Sunnah. Di antara tokoh-tokohnya yang sangat terkenal yaitu Al-Qusyairi, Al-Hawari dan Al-Ghazali.
2.2.4             Tasawuf Abad Keenam Hijriyah
Tasawuf filosofis merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan secara rasional filosofis. Terminologi filosofis tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat, yang telah mempengaruhi para tokoh-tokohnya. Tasawuf filosofis ini mulai muncul dengan jelas sejak abad keenam Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah seabad kemudian. Adapun tokoh-tokohnya yang sangat terkenal yaitu Al-Suhrawardi dan Ibn Arabi.
2.2.5             Tasawuf Abad Ketujuh Hijriyah dan Sesudahnya
padp periode ini tasawuf telah menjadi semacam filsafat hidup bagi sebagian besar masyarakat Islam. Tasawuf menjadi memiliki aturan-aturan, prinsip, dan sistem khusus, di mana sebelumnya ia hanya dipraktekkan sebagai kegiatan pribadi-pribadi dalam dunia Islam tanpa adanya ikatan satu sama lain. Periode inilah kata “tarekat” pada para sufi mutakhir dinisbatkan bagi sejumlah pribadi sufi yang bergabung dengan seorang guru (syaikh) dan tunduk di bawah aturan-aturan terinci dalam jalan rohani. Mereka hidup secara kolektif di berbagai zawiah, rabath, dan khanaqah (tempat-tempat latihan), atau berkumpul secara periodik dalam acara-acara tertentu, serta mengadakan berbagai pertemuan ilmiah maupun ruhaniah yang teratur.

2.3         Sejarah Tasawuf Era Modern
Teknologi dan globalisasi disamping membawa manfaat kepada manusia juga mendatangkan bahaya. Teknologi dan globalisasi adalah produk Barat yang di dalamnya terselubung konsep pemisahan diri dengan moral. Konsep mereka berangkat dari ketidak percayaan kepada transendental dan alam ghaib, sehingga peradabannya bermuara kepada pemujaan materi, sekuler. Kesuksesan dan keberhasilan diukur dari nilai materi, sehingga manusia mulai menjauhkan diri dari yang dianggap tidak rasional, tetapi kemudian mereka terjatuh pada pemujaan terhadap akal, terjauh dari agama dan Tuhannya. Padahal pemujaan terhadap akal tidak akan membawa kepada ketenangan dalam hidup.
Kehidupan di era ini lebih terarah kepada individualistis, nafsi-nafsi, karena yang mereka kejar materi, mereka terlalu mendewa-dewakan materi dan kesenangan sesaat, karena menurut anggapan mereka materi adalah simbol keberhasilan, bermartabat dan kehidupan yang bergengsi, dengan itu semua kehidupan orang modern lebih leluasa, karena kehidupan yang dituju hanya satu yaitu kehidupan dunia, sementara agama mereka lupakan. Baik hubungan dengan Allah (vertikal) dan hubungan dengan sesama manusia (horizontal) tidak berjalan dengan semestinya, karena manusia tidak lagi mempercayai alam ghaib, yaitu apa dibalik materi. Perubahan yang diharapkan kecenderungan global spiritual karena berbagai pengetahuan dan teknologi ternyata menggiring manusia ke berbagai krisis kemanusiaan yang menyengsarakan.
Masyarakat modern terutama yang berada di Barat sebagai dampak dari modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pola hidup dan gaya hidup masyarakat yang sudah berubah, dimana nilai-nilai moral, etika, agama sudah ditinggalkan karena dianggap sudap usang, hal ini membawa kehilangan existensi dirinya, akibat dari itu kegersangan spiritual dan kerohanian tampak jelas.

2.4         Sejarah Tasawuf Masa Kontemporer
Tasawuf kontemporer terdapat di wilayah masyarakat kota mengambil ajaran tasawuf dan mengemasnya menjadi industri baru berbasis agama karena dibutuhkan oleh masyarakat kota. Kejenuhan masyarakat kota terhadap persaingan hidup membuat pasar tasawuf tumbuh dan masuk wilayah komunikasi massa dan teknologi. Tasawuf kontemporer adalah penamaan yang pada dasarnya berakar dan berada pada barisan neo-sufisme Rahman dan tasawuf modern, yang diusung Hamka. Menurut Hamka, tasawuf modern adalah penghayatan keagamaan esoteris yang mendalam tetapi tidak dengan serta merta melakukan pengasingan diri (‘uzlah). Neo-sufism menekankan perlunya keterlibatan diri dalam masyarakat secara lebih dari pada sufisme terdahulu. Neo Sufism cenderung menghidupkan kembali aktifitas salafi dan menanamkan  kembali sikap positif terhadap kehidupan.
Tasawuf kontemporer  menempatkan nilainilai tasawuf menjadi kecil atau justru menjadi bahan dari teknologi. Tasawuf kontemporer masih diragukan  otentitasnya. Ia hanya menjadi bagian kecil dari teknologi maju. Bukan sebagai subjek dari kemajuan. Meskipun demikian, ia masih berlandaskan al-Quran dan al-Sunnah, tetapi mengedepankan packaging dari pada esensi. Mereka yang terlibat di dalam dunia tasawuf kontemporer, meskipun demikian, masih  terus mencoba dan menggali serta merasakan dan  mengakui bahwa mereka sudah mulai memasuk sufi. Tentulah tidak akan mampu ruh  tasawuf yang pernah ada pada masa lalu bisa dijemput secara total tanpa mengetahui secara utuh ajaran dan doktrin tasawuf tersebut. Apalagi hanya mencomot bagian-bagian penting dan menjadikannya sebagai bahan dari apa yang dikomersilkan sebagai bahan komoditi kepada masyarakat kota.


BAB III
PENUTUP

Perkembangan tasawuf telah mencapai puncaknya sampai ilmu yang dikesampingkan manusia di era kontemporer. Kehadiran tasawuf di era modern diyakini mampu mengatasi krisis spiritual, karena tasawuf berperan penting mempertahankan keseimbangan antara budaya dengan agama, menguasai perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, industrialisasi serta meningkatkan iman dan taqwa, mengisi kegersangan rohani dan memberi makna spiritual bagi keberhasilan dunia.






















Daftar Pustaka

HAMKA. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Yayasan Nurul Islam. 1981
Rohim,abdur. Bahan Ajar Akhlak. Mojokerto: CV.Sinar Mulia. 2008 
Syukur,Amin. Menggugat Tasawuf  Sufisme dan Tanggung jawab Sosial Abad 21. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999
Kholiliana, Ulfah . (2011). Tasawuf Klasik dan Pertengahan Karya Fiky Muzakiya (online). Diakses dari http://mybarokahblog.blogspot.co.id/2015/02/tasawuf-klasik-dan-pertengahan-karya.html. Pada tanggal 27 Februari 2017, jam 08.42 WIB
Farida Meutia. (2007). Perkembangan Pemikiran Tasawuf dan Implementasinya di Era Modern. Didownload dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=265977&val=7080&title=PERKEMBANGAN%20PEMIKIRAN%20TASAWUF%20DAN%20IMPLEMENTASINYA%20DI%20ERA%20MODERN. Pada tanggal 27 Februari 2017, jam 08.47 WIB
Suteja. (2011). Mengenal Dasar Tasawwuf (online). Diakses dari http://www.tribunnews.com/tribunners/2011/06/11/mengenal-dasar-tasawuf. Pada tanggal 27 Februari 2017, jam 09.51 WIB
.





1 komentar: