Rabu, 25 Oktober 2017

Integrasi akal dan wahyu untuk pencapaian kejayaan islam

Islam merupakan agama samawi atau agama wahyu yang turun dari Tuhan Yang Maha Esa, ini dibuktikan oleh salah satunya adalah wahyu. Wahyu merupakan pedoman bagi umat manusia dalam hidup di dunia yang diturunkan oleh Allah SWT kepada utusanNya melalui perantara Malaikat. Wahyu sendiri kaitan dengan hal ini dibagi menjadi dua yaitu wahyu quraniyah (Al Quran ) dan wahyu Kauniyah (alam ciptaan). Keduanya merupakan hal yang saling berkaitan karena pada dasarnya segala alam ciptaan Tuhan meliputi dunia dan isinya telah dituangkan dan dijelaskan dalam Al Quran (wahyu Quraniyah) walaupun sifatnya yang umum atau perlu diadakan pelajaran yang lebih mendalam. Namun pada dasarnya segala mekanisme alam dari penciptaan sampai nanti kehancuran telah diceritakan dan “diprediksi” oleh Al Quran. Begitu juga sebaliknya, kandungan dalam Al Quran tidak mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan alam (mekanisme alam) dan bahkan semua tidak ada yang diluar nalar atau akal manusia sebagai khalifah. Semua yang tertuang dalam Al Quran sesungguhnya akan selalu sejalan dengan ciptaanNya, karena Al Quran merupakan wahyu yang nilai kebenarannya bersifat mutlak karena langsung dari Allah (bukan buatan manusia).
Lalu kalau memang apa yang ada dialam telah dituliskan dalam Al Quran mengapa manusia perlu akal? Toh “seharusnya” akal itu berjalan sama dengan isi Al Quran. Bagaimana kita seharusnya memosisikan akal kita terhadap wahyu yang sifat kebenarannya mutlak ini? Ini yang saya fikirkan saat pertama saya belajar wahyu. Hal ini dapat dengan mudah dijawab justru karena pertanyaan salah seorang teman saya. Dia bertanya “kalau memang umat islam telah memiliki semua “rumus” alam (al quran), kenapa kok justru dalam segi pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan kita tertinggal jauh dengan Negara barat “atheis” yang konon tidak ada “wahyu” atau pedoman yang mereka pegang? Kenapa kita mempunyai “benih” akan tetapi tidak dapat menumbuhkan?
Tuhan menciptakan makhluk yang paling sempurna adalah manusia. Disamping nafsu, manusia mempunyai akal untuk mengendalikannya. Akal mempunyai posisi paling tinggi dan penting disamping dua hal lainnya yaitu agama dan rasa malu. Dalam Al Quran sendiri sangat banyak ayat – ayat Allah yang menyerukan kepada manusia untuk berfikir. Jika dikaitkan dengan wahyu, akal kita digunakan bukan untuk menemukan apakah apa yang dituliskan dalam Al Quran akan sesuai dengan apa yang terjadi di alam, karena hal ini sama saja kita meragukan kebenaran Al Quran. Hal ini akan lebih tepat kita katakan bahwa kebenaran akal adalah kebenaran wahyu itu sendiri. Karena jika mengimani Al Quran, akan kita percayai bahwa al quran meliputi kebenaran segala ciptaan baik alam maupun manusia (akal pikiran). Kalau dikatakan kita tertinggal dalam segi pengetahuan itu karena akal kita dibatasi oleh wahyu yang membuat kita seolah – olah “menelan mentah – mentah” kebenaran Al Quran (karena mengimani), itu jelas salah. Pasalnya wahyu tidak memposisikan akal kita diposisi tersebut. Atau bisa saya katakan al quran merupakan jembatan kita dalam mempelajari alam dan merupakan petunjuk bagi kita. Dan pasti Al Quran akan membawa kepada “kebenaran” yang hakiki.

Berbicara tentang kemunduran peradaban islam akhir ini setelah masa kejayaannya, ini dikarenakan kita “terlena” akan anggapan kejayaan tersebut. Masa kejayaan ilmu islam diawali saat para tokoh islam mengambil teori – teori yunani kuno atau orang barat dan diterjemahkan dan dikembangkan oleh muslim, hingga menghasilkan sangat banyak teori. Algoritma, aljabar, dan lain sebagainya adalah ilmu yang ditemukan orang islam. Lalu masa itu islam mengalami puncak emasnya. Dalam mengembangkan teori barat pun, tokoh islam dibantu dengan “komunikasi dengan Tuhan”. Dan sekarang sejarah berbalik, teori yang dibangun islam pun diambil dan dikembangkan oleh Eropa, hingga masa renaisans yang merupakan kelahiran kembali, dan mengalami puncak kejayaan. Tinggal sekarang apakah kita mau bangkit kembali, mengembangkan teori yang telah dibangun tanpa melupakan pedoman kita Al Quran dan As Sunnah. Kita harus terbuka dengan semua gerbang ilmu pengetahuan, untuk mewujudkan periode emas itu lagi.#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar