Islam
merupakan agama samawi atau agama wahyu yang turun dari Tuhan Yang Maha Esa,
ini dibuktikan oleh salah satunya adalah wahyu. Wahyu merupakan pedoman bagi
umat manusia dalam hidup di dunia yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
utusanNya melalui perantara Malaikat. Wahyu sendiri kaitan dengan hal ini
dibagi menjadi dua yaitu wahyu quraniyah (Al Quran ) dan wahyu Kauniyah (alam
ciptaan). Keduanya merupakan hal yang saling berkaitan karena pada dasarnya
segala alam ciptaan Tuhan meliputi dunia dan isinya telah dituangkan dan
dijelaskan dalam Al Quran (wahyu Quraniyah) walaupun sifatnya yang umum atau
perlu diadakan pelajaran yang lebih mendalam. Namun pada dasarnya segala
mekanisme alam dari penciptaan sampai nanti kehancuran telah diceritakan dan
“diprediksi” oleh Al Quran. Begitu juga sebaliknya, kandungan dalam Al Quran
tidak mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan alam (mekanisme alam) dan
bahkan semua tidak ada yang diluar nalar atau akal manusia sebagai khalifah. Semua
yang tertuang dalam Al Quran sesungguhnya akan selalu sejalan dengan
ciptaanNya, karena Al Quran merupakan wahyu yang nilai kebenarannya bersifat
mutlak karena langsung dari Allah (bukan buatan manusia).
Lalu
kalau memang apa yang ada dialam telah dituliskan dalam Al Quran mengapa
manusia perlu akal? Toh “seharusnya” akal itu berjalan sama dengan isi Al
Quran. Bagaimana kita seharusnya memosisikan akal kita terhadap wahyu yang
sifat kebenarannya mutlak ini? Ini yang saya fikirkan saat pertama saya belajar
wahyu. Hal ini dapat dengan mudah dijawab justru karena pertanyaan salah
seorang teman saya. Dia bertanya “kalau memang umat islam telah memiliki semua
“rumus” alam (al quran), kenapa kok justru dalam segi pemikiran dan
pengembangan ilmu pengetahuan kita tertinggal jauh dengan Negara barat “atheis”
yang konon tidak ada “wahyu” atau pedoman yang mereka pegang? Kenapa kita
mempunyai “benih” akan tetapi tidak dapat menumbuhkan?
Tuhan
menciptakan makhluk yang paling sempurna adalah manusia. Disamping nafsu,
manusia mempunyai akal untuk mengendalikannya. Akal mempunyai posisi paling
tinggi dan penting disamping dua hal lainnya yaitu agama dan rasa malu. Dalam
Al Quran sendiri sangat banyak ayat – ayat Allah yang menyerukan kepada manusia
untuk berfikir. Jika dikaitkan dengan wahyu, akal kita digunakan bukan untuk
menemukan apakah apa yang dituliskan dalam Al Quran akan sesuai dengan apa yang
terjadi di alam, karena hal ini sama saja kita meragukan kebenaran Al Quran. Hal
ini akan lebih tepat kita katakan bahwa kebenaran akal adalah kebenaran wahyu
itu sendiri. Karena jika mengimani Al Quran, akan kita percayai bahwa al quran
meliputi kebenaran segala ciptaan baik alam maupun manusia (akal pikiran).
Kalau dikatakan kita tertinggal dalam segi pengetahuan itu karena akal kita
dibatasi oleh wahyu yang membuat kita seolah – olah “menelan mentah – mentah”
kebenaran Al Quran (karena mengimani), itu jelas salah. Pasalnya wahyu tidak
memposisikan akal kita diposisi tersebut. Atau bisa saya katakan al quran
merupakan jembatan kita dalam mempelajari alam dan merupakan petunjuk bagi
kita. Dan pasti Al Quran akan membawa kepada “kebenaran” yang hakiki.
Berbicara
tentang kemunduran peradaban islam akhir ini setelah masa kejayaannya, ini
dikarenakan kita “terlena” akan anggapan kejayaan tersebut. Masa kejayaan ilmu
islam diawali saat para tokoh islam mengambil teori – teori yunani kuno atau
orang barat dan diterjemahkan dan dikembangkan oleh muslim, hingga menghasilkan
sangat banyak teori. Algoritma, aljabar, dan lain sebagainya adalah ilmu yang
ditemukan orang islam. Lalu masa itu islam mengalami puncak emasnya. Dalam mengembangkan
teori barat pun, tokoh islam dibantu dengan “komunikasi dengan Tuhan”. Dan sekarang
sejarah berbalik, teori yang dibangun islam pun diambil dan dikembangkan oleh
Eropa, hingga masa renaisans yang merupakan kelahiran kembali, dan mengalami
puncak kejayaan. Tinggal sekarang apakah kita mau bangkit kembali,
mengembangkan teori yang telah dibangun tanpa melupakan pedoman kita Al Quran
dan As Sunnah. Kita harus terbuka dengan semua gerbang ilmu pengetahuan, untuk
mewujudkan periode emas itu lagi.#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar