Rabu, 25 Oktober 2017

islam sebagai agama wahyu


DOWNLOAD PDF NYA DISINI:
makalah
dan
presentasi


ISLAM SEBAGAI AGAMA WAHYU
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Islam Keindonesiaan Jurusan S1 – Ekonomi Syariah.
Dosen Pengampu: Juli Dermawan. S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh:
Nama   : Khoir Umi Laksana
NIM    : 63020160147



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Islam Sebagai Agama Wahyu ini. Sholawat dan Salam tidak lupa kami haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita nantikan safaatnya di Yaumul akhir nanti.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Islam merupakan agama yang paling sempurna dan diridhoi Allah SWT. Selain itu, islam adalah agama yang diwahyukan kepada Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Makalah ini akan membahas tentang hal tersebut, bagaimana kemudian wahyu tersebut dipahami, dan bagaimana pula posisi akal manusia terhadap wahyu.
Semoga makalah yang kami susun ini nantinya akan bermanfaat bagi para pembaca dalam rangka menambah khasanah ilmu dan pengetahuan serta sumbangan ide – ide. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan dari segi isi maupun penulisan, maka kami menanti kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan makalah ini.
            Wassalamualaikumwr.wb



Salatiga,    Oktober 2017


    Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN


1.        Latar Belakang

Ada beberapa agama yang diakuioleh Negara di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Tapi agama yang turun dari Tuhan atau agama samawi menurut beberapa sumber hanya ada tiga, yaitu islam, yahudi, dan nasrani. Sementara agama yang lain merupakan agama yang berasal dari akal pemikiran manusia. Agama wahyu memiliki cirri yang diantaranya adalah berasal dari Tuhan, dan pedoman turun langsung dari sang pencipta. Sebagai agama wahyu, posisi akal yang merupakan anugerah tertinggi perlu ditelaah lebih mendalam terhadap wahyu.




2.        Rumusan masalah

a.         Apa pengertian wahyu?
b.         Bagaimana epistemology wahyu?
c.         Apa Wahyu kauniyah dan quraniyah?
d.        Bagaimana posisi akal terhadap wahyu?



3.        Tujuan

a.       Menjelaskan pengertian wahyu.
b.      Memahami epistimologi wahyu.
c.       Menjabarkan definisi wahyu kauniyah dan quraniyah.
d.      Menjelaskan posisi akal terhadap wahyu.


BAB II

PEMBAHASAN


2.1         Pengertian Wahyu

Dalam islam, wahyu artinya “perkataan” Tuhan. Dia mewahyukan melalui bahasa, bukan dalam bahasa non manusia yang misterius, namun dengan bahasa manusia yang jelas dan dapat dimengerti.[1] Tuhan berbicara kepada manusia dan manusia mendengarkan kata – kata dan memahaminya. Itulahwahyu.[2]
Dalam makalah ini akan dibahas dua makna wahyu menurut bahasa dan istilah. Menurut bahasa ditemukan banyak sekali arti dalam Al Quran yang diantaranya adalah suara, bahasa isyarat, bisikan, paham, api. Sementara itu menurut istilah dikemukakan oleh beberapa sumber dan tokoh, diantaranya:
a.         Kamus Besar Bahasa Indonesia, wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya.
b.        Ensiklopedia bebas, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung.
c.         Muhammad Rasyid Ridha, wahyu adalah pemberitahuan Allah Swt mengenai hokum syariat kepada salah seorang nabi.
d.        Zarqani, wahyu adalah pemberitahuan Allah Swt mengenai sesuatuyang diinginkan untuk disampaikan kepada hamba-Nya yang terpilih secara tersembunyi.
Dari beberapa pengertian wahyu yang Kami sebutkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa wahyu adalah petunjuk atau pemberitahuaan mengenai sayariat dari Allah SWT yang diturunkan kepada utusanNya melalui perantara malaikat / langsung secara tersembunyi.

2.2         Epistemologi Wahyu

2.2.1.           Sumber wahyu
Dari pengertian wahyu yang telah disebutkan diatas tentu dapat dipahami bahwa wahyu merupakan ajaran yang bersumber dari Allah SWT. Ajaran tersebut dimaksudkan untuk pedoman ummat dalam hidup di dunia. Allah mempunyai utusan untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada manusia. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran sebagai beerikut:
Sesungguhnya ia (al-Quran) diturunkan oleh Tuhan Pengatur semesta alam. Dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril) pada hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (QS. asy-Syu’ara:192-194).
2.2.2.           Proses pengetahuan wahyu
Menurut Al Qur’an sendiri, hanya ada tiga bentuk komunikasi verbal dari Tuhan kepada manusis.[3] Dalam hal ini kita dapat melihat pada surat Al Shura ayat 51, sebagai berikut:
“Dan tidak
ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia MahaTinggi lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa penerimaan wahyu dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1.      Dengan komunikasi misterius
Merupakan proses penerimaan ilham secara langsung tanpa perantara, termasuk mimpi yang tepat dan benar. Oleh Karena itu, tidur para nabi adalah satu bentuk wahyu sebagaimana yang disampaikan Amirul Mukminin Ali as, beliau berkata, “Mimpi para nabi adalah wahyu.”


2.      Berbicara dibalik tabir
Allah berbicara kepada utusanNya secara langsung tanpa melalui perantara. Hal ini dialami oleh Nabi Musa a.s. Nabi Musa as mendengar pembicaraan Allah melalui sebatang pohon.Dalam al-Quran disebutkan, Manakala Musa tiba di tempat itu, Musa diseru dari pinggir lembah yang diberkahi dari sebatang pohon, “Wahai Musa sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan pengatur alam raya.” (QS. al-Qashash:30).

3.      Mengirimkan seorang utusan
Dalam hal ini, Nabi berbicara kepada Allah melalui perantara malaikat Jibril. Nabi Muhammad menerima wahyu dengan cara ini, meliputi 3 bentuk, yaitu seperti gemerincing lonceng, melihat Jibril dalam wujud asli, dan menjelma sebagai manusia.

2.2.3.           Karakteristik wahyu
Wahyu yang berupa al-Qur’an maupun hadits, memiliki karakteristik yang asli. Pengetahuan mengenai berbagai karakteristik ini dianggap sangat penting dalam kaitannya dengan pemahaman ajaran - ajaran yang terkandung di dalamnya. Berikut ini adalah beberapa karakteristik wahyu :
a.             Wahyu, baik berupa al-Qur’an maupun hadits, bersumber dari Tuhan. Pribadi nabi SAW menyampaikan wahyu ini, memainkan peran yang sangat penting dalam menyampaikan makna wahyu tersebut. Seperti firman Allah dalam Q.S An-Najmayat 3-4 yang artinya : “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
b.             Wahyu, baik berupa Al-qur’an maupun hadits, merupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu diungkapkan dalam bentuk umum maupun khusus.
c.             Wahyu itu berupa nash-nash yang berbahasa arab dengan gaya ungkap bahasa yang berlaku. Orang arab memiliki gramatika khas dalam bahasa mereka, baik dari segi indikasi lafal terhadap maknanya, dari segi pemakaian makna yang tidak terkandung pada lafalnya maupun dari segi kekayaan sastranya. Wahyu ini menggunakan bahasa arab dengan kaidahnya yang paling tinggi, sehingga Alqur’an mencapai tingkat yang tidak dapat dijangkau manusia.
d.            Apa yang dibawa oleh wahyu itu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip prinsip akal.
e.             Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah pisah. Diantara tanda kesatuannya adalah penafsiran satu bagian dengan bagian yang lainnya saling berhubungan.
f.              Wahyu itu menegakkan hokum menurut kategori perbuatan manusia, baik berupa perintah maupun larangan. Keduanya berkaitan dengan ujaran yang sifatnya langsung terkait dengan jenis perbuatan tersebut.
g.             Sesungguhnya wahyu, yang berupa Alqur’an dan hadits, turun secara berangsur angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang. Turunnya sesuai dengan keperluan dan kasus yang terjadi pada zaman dan tempat dimana ia diturunkan.

2.2.4.           Hakikat wahyu
Wahyu merupakan petunjuk dari Allah yang diturunkan untuk menyelesaikan masalah umat. Kita sebagai khalifah dibumi harus berpedoman kepada wahyu Allah Swt. baik kauniyah maupun qauliyah. Baik dalam penentuan hukum, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
2.2.5.           Kebenaran wahyu
Karena diturunkan sumbernya dari Allah Swt. dan tidak ada campur tangan manusia dan kebenarannya tidak boleh di ragukan dan harus di imani.

2.3         Wahyu Kauniyah Dan Quraniyah

Wahyu yang diturunkan oleh Allah swt. berbentuk wahyu qur’aniyyah (qauliyyah) dan wahyu kauniyyah. Wahyu Qur`aniyah merupakan ayat Allah yang tersurat, sedangkan wahyu kauniyyah adalah ayat Allah yang tersirat. Qauliyah  merupakan sesuatu yang tertulis dan merupakan wahyu yang diberikan secara langsung oleh Allah S.W.T. kepada nabi Muhammad S.A.W.. Semuanya itu terkumpul dalam 2 pedoman umat islam yaitu al-quran dan as-sunnah (Hadist Nabi) melalui perantara malaikat Jibril. Dalam wahyu Quraniyah akan menghasilkan ulama dengan ilmu al quran, dan kauniyah akan menghasilkan ilmuwan dengan ilmu alamnya.

2.4         Posisi Akal TerhadapWahyu

Dijelaskan dalam QS Yusuf ayat 2, sebagai berikut:
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ قُرۡءٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ‏
Yang artinya : Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Selanjutnya dijelaskan al baqarah 32:
قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”( QS Al Baqarah : 32 )
Dalam contoh dua ayat tersebut, dapat dijelaskan bahwa Tuhan memberi manusia akar pikiran untuk mmahami Al Quran. Dan sesungguhnya segala ajaran kehidupan dan alam di bumi telah dituangkan dalam Al Quran.
Akal berasal daribahasa Arab ‘aqala-ya’qilu’ yang secara lughawi memiliki banyak makna, sehingga kata al-‘Aql sering disebut sebagai lafadz musytarak, yakni kata yang memiliki banyak makna. Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, dijelaskan bahwa ‘aqala memiliki makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima (memahami), tadarabba watafakkara (merenung dan berfikir). Kata al-‘Aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurunnuhaniyyunbihitudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi al-hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai, mengetahui sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh indera.  Al-‘aql jugadiartikan al-qalb, hati nurani atau hati sanubari.[4] akal digunakan untuk memahami wahyu, dan wahyu untuk dijadikan pedoman.



BAB III PENUTUP


Islam merupakan agama wahyu yang kebenaran wahyunya tidak dapat diragukan lagi. Wahyu turun langsung dari Allah sebagai pedoman manusia di bumi. Dengan perantara Nabi melalui malaikat, wahyu dapat sampai kepada kita berupa Al Quran maupun wahyu kauliyah dalam ciptaan alam. Sebagai manusia yang mempunyai akal, manusia diharuskan berfikir dalam wahyu tersebut, dan wahyu juga merupakan ptunjuk. 
Demikian makalah yang dapat kami tuliskan berkenaan dengan islam sebagai agama wahyu. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, dan kami menyadari banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, baik tulisan maupun isi. Kami menantikan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.












DAFTAR PUSTAKA


Abd. Hakim, Atang dan jaih mubarok. METODOLOGI STUDI ISLAM. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 1999.
bisa, membaca. membacabisa.blogspot. 21 Maret 2016. 13 oktober 2017 <http://membacabisa.blogspot.co.id>.
Izutsu, Toshihiko. RELASI TUHAN dan MANUSIA. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003.
Muhaimin. KAWASAN DAN WAWASAN STUDI ISLAM. Jakarta: PRENADA MEDIA, 2005.
Ulfah, Maria. akal dan wahyu dalam islam. skripsi S1 - ushuluddin. semarang: walisongo.ac.id, 2009.
waluyo. “gunadarma.ac.id.” t.thn. gunadarma web site. 16 10 2017 <https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi6rvWEmvTWAhVIWhoKHYy0CScQFggmMAA&url=http%3A%2F%2Fs_waluyo.staff.gunadarma.ac.id%2FPublications%2Ffiles%2F2460%2Fbab3-agama_islam.pdf&usg=AOvVaw1lpTHfsIBGYMPS-goG>.
Yasid, Abu. Nalar dan Wahyu. Jakarta: Erlangga, 2007.




[1](Izutsu)hal. 166
[2]Ibid hal. 171
[3]Izutsu, Toshihiko. RELASI TUHAN dan MANUSIA. hal. 194
[4]bisa, membaca. membacabisa.blogspot