DOWNLOAD PDF NYA DISINI:
makalah
dan
presentasi
ISLAM
SEBAGAI AGAMA WAHYU
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Islam Keindonesiaan Jurusan S1 – Ekonomi Syariah.
Dosen Pengampu: Juli Dermawan. S.Pd.I., M.Pd.I.
Disusun oleh:
Nama : Khoir Umi Laksana
NIM : 63020160147
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah,
syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Islam Sebagai Agama Wahyu ini. Sholawat dan Salam
tidak lupa kami haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang kita nantikan safaatnya di Yaumul akhir nanti.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Islam merupakan agama yang
paling sempurna dan diridhoi Allah SWT. Selain itu, islam adalah agama yang
diwahyukan kepada Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Makalah ini akan membahas
tentang hal tersebut, bagaimana kemudian wahyu tersebut dipahami,
dan bagaimana pula posisi akal manusia terhadap wahyu.
Semoga makalah yang kami susun ini nantinya akan
bermanfaat bagi para pembaca dalam rangka menambah khasanah ilmu dan pengetahuan
serta sumbangan ide – ide. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan dari segi isi maupun penulisan, maka kami menanti kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca guna perbaikan makalah ini.
Wassalamualaikumwr.wb
Salatiga, Oktober 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Ada
beberapa agama yang diakuioleh Negara di Indonesia, seperti Islam, Kristen,
Katholik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Tapi agama yang turun dari Tuhan atau
agama samawi menurut beberapa sumber hanya ada tiga, yaitu islam, yahudi, dan nasrani.
Sementara agama yang lain merupakan agama yang berasal dari akal pemikiran manusia.
Agama wahyu memiliki cirri yang diantaranya adalah berasal dari Tuhan, dan
pedoman turun langsung dari sang pencipta. Sebagai agama wahyu, posisi akal
yang merupakan anugerah tertinggi perlu ditelaah lebih mendalam terhadap wahyu.
2.
Rumusan
masalah
a.
Apa pengertian
wahyu?
b.
Bagaimana
epistemology wahyu?
c.
Apa Wahyu
kauniyah dan quraniyah?
d.
Bagaimana
posisi akal terhadap wahyu?
3.
Tujuan
a. Menjelaskan pengertian wahyu.
b. Memahami epistimologi wahyu.
c. Menjabarkan definisi wahyu kauniyah dan quraniyah.
d. Menjelaskan posisi akal terhadap wahyu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Wahyu
Dalam islam,
wahyu artinya “perkataan” Tuhan. Dia mewahyukan melalui bahasa, bukan dalam bahasa
non manusia yang misterius, namun dengan bahasa manusia yang jelas dan dapat dimengerti.[1] Tuhan
berbicara kepada manusia dan manusia mendengarkan
kata – kata dan memahaminya. Itulahwahyu.[2]
Dalam makalah
ini akan dibahas dua makna wahyu menurut bahasa dan istilah. Menurut bahasa ditemukan
banyak sekali arti dalam Al Quran yang diantaranya adalah suara, bahasa isyarat,
bisikan, paham, api. Sementara itu menurut istilah dikemukakan oleh beberapa sumber
dan tokoh, diantaranya:
a.
Kamus Besar
Bahasa Indonesia, wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para
nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya.
b.
Ensiklopedia
bebas, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang
diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung.
c.
Muhammad
Rasyid Ridha, wahyu adalah pemberitahuan Allah Swt mengenai hokum syariat kepada
salah seorang nabi.
d.
Zarqani,
wahyu adalah pemberitahuan Allah Swt mengenai sesuatuyang
diinginkan untuk disampaikan kepada hamba-Nya yang terpilih secara tersembunyi.
Dari beberapa pengertian wahyu yang Kami sebutkan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa wahyu adalah petunjuk atau pemberitahuaan mengenai
sayariat dari Allah SWT yang diturunkan kepada utusanNya melalui perantara
malaikat / langsung secara tersembunyi.
2.2
Epistemologi
Wahyu
2.2.1.
Sumber wahyu
Dari pengertian wahyu yang
telah disebutkan diatas tentu dapat dipahami bahwa wahyu merupakan ajaran yang
bersumber dari Allah SWT. Ajaran tersebut dimaksudkan untuk pedoman ummat dalam
hidup di dunia. Allah mempunyai utusan untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada
manusia. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran sebagai beerikut:
“Sesungguhnya ia (al-Quran) diturunkan oleh Tuhan Pengatur semesta alam. Dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril) pada hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan” (QS. asy-Syu’ara:192-194).
2.2.2.
Proses
pengetahuan wahyu
Menurut Al Qur’an sendiri,
hanya ada tiga bentuk komunikasi verbal dari Tuhan kepada manusis.[3]
Dalam hal ini kita dapat melihat pada surat Al Shura ayat 51, sebagai berikut:
“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia MahaTinggi lagi Maha Bijaksana.”
“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia MahaTinggi lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut menjelaskan
bahwa penerimaan wahyu dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1.
Dengan komunikasi misterius
Merupakan proses
penerimaan ilham secara langsung tanpa perantara, termasuk mimpi yang tepat dan
benar. Oleh
Karena itu, tidur para nabi adalah satu bentuk wahyu sebagaimana yang
disampaikan Amirul Mukminin Ali as, beliau berkata, “Mimpi para nabi adalah wahyu.”
2.
Berbicara dibalik tabir
Allah berbicara kepada
utusanNya secara langsung tanpa melalui perantara. Hal ini dialami oleh Nabi
Musa a.s. Nabi Musa as mendengar pembicaraan Allah melalui sebatang pohon.Dalam
al-Quran disebutkan, Manakala Musa tiba di tempat itu, Musa diseru dari pinggir
lembah yang diberkahi dari sebatang pohon, “Wahai Musa sesungguhnya Aku adalah
Allah, Tuhan pengatur alam raya.” (QS.
al-Qashash:30).
3.
Mengirimkan seorang utusan
Dalam hal ini, Nabi
berbicara kepada Allah melalui perantara malaikat Jibril. Nabi Muhammad
menerima wahyu dengan cara ini, meliputi 3 bentuk, yaitu seperti gemerincing
lonceng, melihat Jibril dalam wujud asli, dan menjelma sebagai manusia.
2.2.3.
Karakteristik
wahyu
Wahyu
yang berupa al-Qur’an maupun hadits, memiliki karakteristik yang asli. Pengetahuan
mengenai berbagai karakteristik ini dianggap sangat penting dalam kaitannya dengan
pemahaman ajaran - ajaran yang terkandung di dalamnya. Berikut ini adalah beberapa
karakteristik wahyu :
a.
Wahyu,
baik berupa al-Qur’an maupun hadits, bersumber dari Tuhan. Pribadi nabi SAW
menyampaikan wahyu ini, memainkan peran yang sangat penting dalam menyampaikan makna
wahyu tersebut. Seperti firman Allah dalam Q.S An-Najmayat 3-4 yang artinya
: “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
b.
Wahyu, baik berupa Al-qur’an maupun hadits, merupakan
perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan
waktu, baik perintah itu diungkapkan dalam bentuk umum maupun khusus.
c.
Wahyu itu
berupa nash-nash yang berbahasa arab dengan gaya ungkap bahasa yang berlaku.
Orang arab memiliki gramatika khas dalam bahasa mereka, baik dari segi indikasi
lafal terhadap maknanya, dari segi pemakaian makna yang tidak terkandung pada lafalnya
maupun dari segi kekayaan sastranya. Wahyu ini menggunakan bahasa arab dengan kaidahnya
yang paling tinggi, sehingga Alqur’an mencapai tingkat yang tidak dapat dijangkau
manusia.
d.
Apa yang dibawa oleh wahyu itu tidak ada yang bertentangan
dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip prinsip akal.
e.
Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak
terpisah pisah. Diantara
tanda kesatuannya adalah penafsiran satu bagian dengan bagian yang lainnya saling
berhubungan.
f.
Wahyu itu
menegakkan hokum menurut kategori perbuatan manusia, baik berupa perintah maupun
larangan. Keduanya berkaitan dengan ujaran yang sifatnya langsung terkait dengan
jenis perbuatan tersebut.
g.
Sesungguhnya
wahyu, yang berupa Alqur’an dan hadits, turun secara berangsur angsur dalam rentang
waktu yang cukup panjang. Turunnya sesuai dengan keperluan dan kasus yang
terjadi pada zaman dan tempat dimana ia diturunkan.
2.2.4.
Hakikat wahyu
Wahyu merupakan petunjuk dari Allah yang
diturunkan untuk menyelesaikan masalah umat. Kita sebagai khalifah
dibumi harus berpedoman kepada wahyu Allah Swt. baik kauniyah maupun qauliyah.
Baik dalam penentuan hukum, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
2.2.5.
Kebenaran
wahyu
Karena diturunkan
sumbernya dari Allah Swt. dan tidak ada campur tangan manusia dan kebenarannya
tidak boleh di ragukan dan harus di imani.
2.3
Wahyu
Kauniyah Dan Quraniyah
Wahyu yang diturunkan oleh Allah
swt. berbentuk wahyu qur’aniyyah (qauliyyah) dan wahyu kauniyyah. Wahyu Qur`aniyah merupakan ayat
Allah yang tersurat, sedangkan wahyu kauniyyah adalah ayat
Allah yang tersirat. Qauliyah merupakan sesuatu yang tertulis
dan merupakan wahyu yang diberikan secara langsung oleh Allah S.W.T. kepada
nabi Muhammad S.A.W.. Semuanya itu terkumpul dalam 2 pedoman umat islam yaitu al-quran
dan as-sunnah (Hadist Nabi) melalui perantara malaikat Jibril. Dalam wahyu Quraniyah akan menghasilkan ulama dengan
ilmu al quran, dan kauniyah akan menghasilkan ilmuwan dengan ilmu alamnya.
2.4
Posisi
Akal TerhadapWahyu
Dijelaskan dalam QS Yusuf ayat
2, sebagai berikut:
اِنَّاۤ
اَنۡزَلۡنٰهُ قُرۡءٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ
Yang artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran
dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”
Selanjutnya dijelaskan al
baqarah 32:
قَالُواْ
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ
الْحَكِيمُ
“Maha Suci Engkau, tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”( QS Al Baqarah : 32 )
Dalam contoh dua ayat tersebut, dapat dijelaskan bahwa
Tuhan memberi manusia akar pikiran untuk mmahami Al Quran. Dan sesungguhnya segala ajaran kehidupan dan alam di bumi
telah dituangkan dalam Al Quran.
Akal berasal daribahasa Arab ‘aqala-ya’qilu’ yang
secara lughawi memiliki banyak makna, sehingga kata al-‘Aql sering disebut sebagai lafadz musytarak, yakni kata yang memiliki banyak makna. Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid
fi al-Lughah wa al-A’lam, dijelaskan bahwa ‘aqala memiliki makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima (memahami), tadarabba watafakkara (merenung dan berfikir). Kata al-‘Aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurunnuhaniyyunbihitudriku
al-nafsu ma la tudrikuhu bi al-hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai, mengetahui sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh indera. Al-‘aql jugadiartikan al-qalb, hati nurani atau hati sanubari.[4] akal digunakan untuk memahami wahyu,
dan wahyu untuk dijadikan pedoman.
BAB III PENUTUP
Islam merupakan agama wahyu yang kebenaran wahyunya tidak
dapat diragukan lagi. Wahyu turun langsung dari Allah sebagai pedoman manusia
di bumi. Dengan perantara Nabi melalui malaikat, wahyu dapat sampai kepada kita
berupa Al Quran maupun wahyu kauliyah dalam ciptaan alam. Sebagai manusia yang
mempunyai akal, manusia diharuskan berfikir dalam wahyu tersebut, dan wahyu
juga merupakan ptunjuk.
Demikian makalah yang dapat kami tuliskan berkenaan
dengan islam sebagai agama wahyu. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, dan
kami menyadari banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, baik tulisan
maupun isi. Kami menantikan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Hakim,
Atang dan jaih mubarok. METODOLOGI STUDI ISLAM. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 1999.
bisa, membaca. membacabisa.blogspot. 21 Maret 2016. 13
oktober 2017 <http://membacabisa.blogspot.co.id>.
Izutsu, Toshihiko. RELASI TUHAN dan MANUSIA.
Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003.
Muhaimin. KAWASAN DAN WAWASAN STUDI ISLAM. Jakarta:
PRENADA MEDIA, 2005.
Ulfah, Maria. akal dan wahyu dalam islam. skripsi S1 -
ushuluddin. semarang: walisongo.ac.id, 2009.
waluyo. “gunadarma.ac.id.” t.thn. gunadarma web site.
16 10 2017
<https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi6rvWEmvTWAhVIWhoKHYy0CScQFggmMAA&url=http%3A%2F%2Fs_waluyo.staff.gunadarma.ac.id%2FPublications%2Ffiles%2F2460%2Fbab3-agama_islam.pdf&usg=AOvVaw1lpTHfsIBGYMPS-goG>.
Yasid, Abu. Nalar dan Wahyu. Jakarta: Erlangga, 2007.